Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Huwaaaaaaaaaaaaaaaa*nangis*
Tisha dapet tugas lagi nih, padahal kan dipost sebelumnya Tisha udah berdoa biar gaada tugas lagi kan ya, eh ternyata adaaaaa. huhuhuhu. Yaudah deh gapapa, yuk kita buat tugas yang satu ini.
Kali ini tugasnya tentang CERITA RAKYAT. Disini kita akan nulis pengertian cerita rakyat, jenis-jenisnya, manfaatnya, dan seperti biasa pasti ada contohnya. Oh iya, kita juga akan nulis tentang sastra melayu klasik juga lho. So, selamat membaca(?) *siapayangmaubacacobatish-_-
Mulai dari cerita rakyat ya, nah ini pengertiannya...
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakat. Cerita rakyat berkembang secara turun-temurun dan disampaikan secara lisan. Oleh karena itu, cerita rakyat sering pula disebut sebagai sastra lisan. Pada umumnya, cerita rakyat bersifat anonim atau pengarangnnya tidak dikenal.
Sekarang kita lanjut ke jenis-jenisnya,
A. Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya.
B. Cerita Binatang
Cerita binatang atau Fabel adalah cerita yang tokoh-tokohnya berupa binatang dengan peran layaknya manusia. Binatang-binatang dapat berbicara, makan, minum dan berkeluarga sebagaimana layaknya manusia. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa fabel tidak semata-mata sebagai cerita binatang, tetapi sebagai metamorfosis kehidupan manusia. Adapun maksud dari penggambaran melalui binatang adalah supaya kisah itu tidak sampai menyinggung orang yang mendengar atau membacanya.
C. Cerita Asal-Usul (Legenda)
secara garis besar, cerita asal-usul terbagi ke dalam tiga jenis :
1). Cerita Asal-Usul Dunia Tumbuh-tumbuhan
Contoh :
a). Padi bermula dari Dewi Sri.
b). Tandan Jagung berlubang karena ditombak oleh pohon gandung.
c). Pohon mata lembu seperti rusak kulitnya karena melihat pertarungan antara pohon jagung dan pohon gadung terlalu dekat
2). Cerita Asal-Usul Binatang
Contoh :
a). Sapi bergelambir karena sewaktu ia mandi, bajunya tertukar dengan baju kerbau yang besar
b). Darah Ikan mas memiliki warna darah seperti darah manusia karena asal mula ikan mas adalah manusia
3). Cerita Asal-usul terjadinya konon tempat
Contoh :
a). Nama Gunung Tengger konon diambil dari sepasang suami istri yang bernama Rar Anteng dan Joko Seger
b). Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara konon berasal dari perahu milik sangkuriang. Karena ia murka, perahu itu ditendangnya hingga tertelungkup dan berubah menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu
D. Cerita Pelibur Lara
Cerita jenis ini disebut pelibur lara sebab fungsinya memang untuk menghibur hati. Dalam cerita ini, dikisahkan hal-hal yang indah-indah, penuh fantasi, dan impian yang menawan. Misalnya, tentang kehidupan istana, keajaiban-keajaiban,senjata keramat dan sakti, putri yang cantik, ataupun hal-hal lainnya yang menggambarkan keindahan dan kebahagiaan.
E. Cerita Jenaka
Cerita ini mengandung unsur humor dan dapat membuat pembacanya terrtawa. Contoh cerita jenaka adalah, Pak Belalang, Lebai Malang.
F. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.
Dan sekarang giliran fungsi dari cerita rakyat, mau tau apa aja? oke, silahkan lihat dibawah ini...
Fungsi dari cerita rakyat adalah untuk menghibur dan sarana pendidikan serta mewariskan turun temurun budaya setempat.
Nah, kan cerita rakyat udah selesai. Sekarang lanjut ke Sastra Melayu Klasik, mulai dari pengertian lagi ya..
Karya sastra melayu klasik adalah karya-karya yang tersiar pada periode sastra tradisional atau sastra lama. Dalam karya sastra disebutkan bahwa sastra lama berkembang sebelum periode 20-an. Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut dan turun temurun.
Sekarang cerita rakyat ditulis dan diterbitkan menjadi buku, seperti halnya cerpen atau novel.
Kedua, kita akan membahas ciri-cirinya,
- Nama pengarangnya tidak diketahui (Anonim)
- Bersifat prologis, mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum
- Istana sentries, karya sastrawan bersumber dari kehidupan istana atau raj-raja.
- Bersifat klise
- Fantastis
- Statis
- Lisan, disampaikan dari mulut kemulut
- Tidak berangka tahun
Oke, sekarang jenis-jenisnya,
A. Berbentuk puisi
Karya sastra klasik yang berbentuk puisi dikenal dengan puisi lama. Puisi lama yang berbentuk lisan ialah mantra, bidal, pantun, pantun kilat, pantun berkait, dan talibun. Setelah kedatangan agama Hindu, kita kenal bentuk puisi seloka gurindam dan syair.
B. Berbentuk prosa
Seperti halnya prosa dalam sastra modern, prosa dalam karya sastra klasik juga mempunyai unsur-unsur tokoh, penokohan, alur, latar, setting, amanat, dan teman. Karya sastra klasik yang berbentuk prosa terdiri dari cerita, cerita binatang, sejarah, mite, dan legenda.
Nah kan kita udah selesai bahas materinya, sekarang giliran baca contoh cerita rakyat yaa. Selamat membaca:)
Jaka Budug dan Putri Kemuning
dari Kabupaten Ngawi, Jawa Timur
Alkisah, di daerah Ngawi, Jawa
Timur, tersebutlah seorang raja bernama Prabu Aryo Seto yang bertahta di Kerajaan
Ringin Anom. Prabu Aryo Seto adalah seorang raja yang adil dan bijaksana. Ia
mempunyai seorang putri yang rupawan bernama Putri Kemuning. Sesuai namanya,
tubuh sang Putri sangat harum bangaikan bunga kemuning.
Suatu hari, Putri Kemuning
tiba-tiba terserang penyakit aneh. Tubuhnya yang semula berbau harum, tiba-tiba
mengeluarkan bau yang tidak enak. Melihat kondisi putrinya itu, Sang Prabu
menjadi sedih karena khawatir tak seorang pun pangeran atau pemuda yang mau
menikahi putrinya itu. Berbgai upaya telah dilakukan oleh Baginda, seperti
memberikan putriya obat-obatan tradisional berupa daun kemangi dan beluntas,
namun penyakit sang putri belum juga sembuh. Sang Prabu juga telah mengudang
seluruh tabib yang ada di negrinya, namun tak seorang pun yang mampu
menyembuhkan sang Putri.
Hati Prabu Aryo Seto semakin
resah. Ia sering duduk melamun seorang diri memikirkan nasib malang yang
menimpa putri semata wayangnya. Suatu ketika, tiba-tiba terlintas dalam
pikirannya untuk melakukan semedi dan meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa agar penyakit langka yang menimpa putrinya dapat disembuhkan.
Pada saat tengah malam, Sang
Prabu dengan tekad kuat dan hati yang suci melakukan semedi di dalam sebuah ruangan
tertutup di dalam istana. Pada saat baginda larut dalam semedi, tiba-tiba terdengar
suara bisikan yang sangat jelas ditelinganya.
“Dengarlah, wahai Prabu Aryo
Seto! Satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit putrimu adalah daun
sirna ganda. Daun itu hanya tumbuh di dalam gua di kaki gunung Arga Dumadi yang
dijaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya,”
demikian pesan yang disampaikan oleh suara gaib itu.
Keesokan harinya, Prabu aryo segera
mengumpulkan seluruh rakyatnya di alun-alun untuk mengadakan sayembara.
“Wahai seluruh rakyatku! Kalian semua
tentu sudah mengetahui perihal penyakit putriku. Setelah semalam bersemedi, aku
mendapatkan petunjuk bahwa putriku dapat disembuhkan dengan daun sirna ganda
yang tumbuh di gua di kaki gunung Arga Dumadi. Barang siapa yang dapat
mempersembahkan daun itu untuk putriku, jika ia laki-laki akan kunikahkan
dengan putriku. Namun, jika ia perempuan, ia akan kuangkat menjadi anakku,” ujar
Sang Prabu di depan rakyatnya.
Mendengar pengumuman itu, seluruh
rakyat Kerajaan Ringin Anom menjadi gempar. Berita tentang sayembara itu pun
tersebar hingga ke seluruh pelosok negeri. Banyak warga yang tidak berani
mengikuti sayembara tersebut karena mereka tahu bahwa gua itu dijaga oleh
seekor naga sakti dan sangat ganas. Bahkan, sudah banyak warga yang menjadi
korban keganasan naga itu. Meski demikian, banyak pula warga yang memberanikan
diri untuk mengikuti sayembara tersebut karena tergiur oleh hadiah yang
dijanjikan oleh Sang Prabu. Setiap orang pasti akan senang jika menjadi menantu
atau pun anak angkat raja.
Salah seorang pemuda yang ingin
sekali mengikuti sayembara tersebut adalah Jaka Budug. Jaka Budug adalah pemuda
miskin yang tinggal di sebuah gubuk reyot bersama ibunya di sebuah desa
terpencil di dalam wilayah Kerajaan Ringin Anom. Ia dipanggil “Jaka Budug” karena
mempunyai penyakit langka, yaitu seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit aneh itu sudah
dideritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug adalah seorang pemuda
yang sakti. Ia sangat mahir dan gesit memainkan keris pusaka yang diwarisi oleh
almarhum ayahnya. Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri.
Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.
Sementara itu, para peserta
sayembara telah berkumpul di kaki gunung Arga Dumadi untuk menguji kesaktian
mereka. Sejak hari pertama hingga hari keenam sayembara itu dilangsungkan,
belum satu pun peserta yang mampu mengalahkan naga sakti itu. Jaka Budug
semakin gelisah mendengar kabar itu.
Pada hari ketujuh, Jaka Budug
dengan tekadnya yang kuat memberanikan diri datang menghadap kepada Sang Prabu.
Di hadapan Prabu Aryo Seto, ia memohon izin untuk ikut dalam sayembara itu.
“Ampun, Baginda! Izinkan hamba
untuk mengikuti sayembara ini untuk meringankan beban Sang Putri,” pinta Jaka
Budug.
Prabu Aryo Seto tidak menjawab. Ia
terdiam sejenak sambil memperhatikan Jaka Budug yang tubuhnya dipenuhi
bintik-bintik merah.
“Siapa kamu hai, anak muda? Dengan
apa kamu bisa mengalahkan naga sakti itu?” tanya Sang Prabu.
“Hamba Jaka Budug, Baginda. Hamba
akan mengalahkan naga itu dengan keris pusaka hamba ini,” jawab Jaka budug
seraya menunjukkan keris pusakanya kepada Sang Prabu.
Pada mulanya, Prabu Aryo Seto ragu-ragu
dengan kemampuan Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menunjukkan keris
pusakanya dan tekad yang kuat, akhirnya Sang Prabu menyetujuinya.
“Baiklah, Jaka Budug! Karena tekadmu
yang kuat, maka keinginanmu kuterima. Semoga kau berhasil!” ucap Sang Prabu.
Jaka Budug berangkat ke Gunung
Arga Dumadi dengan tekad membara. Ia harus mengalahkan naga itu dan membawa pulang
daun sirna ganda. Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di kaki Gunung Arga
Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-semburan api yang keluar dari mulut
naga sakti penghuni gua. Ia sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu
dengan keris pusakanya.
Jaka Budug melangkah perlahan
mendekati naga itu dengan sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga
itu menyerangnya dengan semburan api. Jaka Budug segera melompat mundur untuk
menghindari serangan itu. Naga itu terus bertubi-tubi menyerang sehingga Jaka
Budug terlihat sedikit kewalahan. Lama-kelamaan, kesabaran Jaka Budug pun
habis.
Ketika naga itu lengah, Jaka
Budug segera menghujamkan kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar
dari tubuh naga itu dan mengenai tangan Jaka Budug. Sungguh ajaib, tangan Jaka
Budug yang terkena darah sang naga itu seketika menjadi halus dan bersih dari
penyakit budug.
Melihat keajaiban itu, Jaka Budug
semakin bersemangat ingin membinasakan naga itu. Dengan gesitnya, ia kembali menusukan
kerisnya ke leher naga itu hingga darah memancar dengan derasnya. Naga sakti
itu pun tewas seketika. Jaka Budug segera mengambil darah naga itu lalu
mengusapkan ke seluruh badannya yang terkena penyakit budug. Seketika itu pula seluruh badannya menjadi bersih dan halus.
Tak sedikit pun bintik-bintik merah yang tersisa. Kini, Jaka Budug berubah
menjadi pemuda yang sangat tampan.
Setelah memetik beberapa lembar
daun sirna ganda di dalam gua, Jaka Budug segera pulang ke istana dengan
perasaan gembira. Setibanya di istana, Prabu Aryo Seto tercengang ketika
melihat Jaka Budug yang kini kulitnya menjadi bersih dan wajahnya berseri-seri.
Sang Prabu hampir tidak percaya jika pemuda di hadapannya itu Jaka Budug. Namun,
setelah Jaka Budug menceritakan semua persitiwa yang dialaminya di kaki Gunung
Arga Dumadi, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum.
Jaka Budug kemudian
mempersembahkan daun sirna ganda yang diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib,
Putri Kemuning kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini, tubuh
Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning.
Prabu Aryo Seto pun menetapkan
Jaka Budug sebagai pemenang sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya, Sang
Prabu segera menikahkan Jaka Budug dengan putrinya, Putri Kemuning. Selang beberapa
lama setelah mereka menikah, Prabu Aryo Seto meninggal dunia. Setelah itu, Jaka
Budug pun dinobatkan menjadi pewaris tahta Kerajaan Ringin Anom. Jaka Budug dan
Putri Kemuning pun hidup berbahagia.
Pesan moral yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah:
"Jika kita memiliki kelebihan, tunjukanlah. Jangan malu dan terlalu menutup diri hanya karena kekurangan yang kita miliki. Dan juga, kita harus selalu menepati janji."
Sampai sini saja ya tulisan tugas Tisha kali ini. Sampai ketemu di tulisan-tulisan tugas-tugas selanjutnyaaaaa
Salam jones,
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh